Tarif Trump: Hambatan Baru untuk Transisi Energi Global

 


JRB.ONETarif impor yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump terhadap 185 negara, termasuk China, Uni Eropa, dan Indonesia, tidak hanya berdampak pada pasar modal global, tetapi juga memengaruhi upaya transisi energi. Meskipun tujuan transisi energi adalah mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan mempercepat adopsi teknologi hijau, kebijakan tarif ini menambah tantangan besar.

Menurut Bas Sudmeijer dari Boston Consulting Group, tarif tersebut akan memperlambat transisi energi karena proyek-proyek besar yang membutuhkan investasi jangka panjang kini menghadapi ketidakpastian dan biaya lebih tinggi. Misalnya, tarif 49% untuk Kamboja dan 20% untuk Uni Eropa, yang mengirimkan barang energi bersih senilai miliaran dolar ke AS, bisa menghambat pengembangan teknologi hijau. Seperti dikutip Bisnis.com, Selasa (8/4/2025).

Selain itu, tarif tambahan pada bahan baterai yang sebagian besar diimpor dari China, seperti lithium iron phosphate (LFP), diperkirakan akan meningkatkan harga baterai penyimpanan hingga 17,5% pada 2026, memperburuk biaya teknologi bersih di AS.

Meskipun tarif tersebut dapat menurunkan emisi dalam jangka pendek karena penurunan aktivitas ekonomi, ini bukan solusi jangka panjang untuk mengurangi pemanasan global. Menurut analis UBS, tarif Trump justru akan meningkatkan biaya teknologi bersih, memperburuk tantangan untuk mengurangi emisi dan mencapai target iklim global.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama